ROKANHILIR – “OPD (organisasi perangkat daerah) lah pengambil putusan pertama dalam merumahkan honorer. Saya yang paling terakhir mengambil keputusan merumahkan honorer, karena saya masih mengingat dan menimbang unsur kemanusiaannya, unsur sosialnya, itu yang saya pikirkan siang maupun malam”.
“Kalau kita (pemda,red) masih tetap bertahan terus, Rohil bakal koleps atau jatuh karena tak sangup lagi membayar gaji mereka. Nah, artinya kalau kita paksakan honorer tetap bertahan, tentu makin lama utang kita makin menumpuk. Sekarang saja sudah Rp 24 miliyar tambah 2 bulan di tahun 2018 itu sudah menjadi Rp 34 miliyar”
Demikian ungkap Bupati Suyatno saat menjelaskan delik pemasalahan terkait pemberhentian tenaga honorer dilingkup administrasi kantor, baru-bru ini saat menjelaskan kepada para awak media dan menyambungnya.
“Sementara waktu honorer tetap kita rumahkan. kenapa, karena saat ini kondisi keuangan kita begitu menyedihkan. Lagi pula untuk kabupaten/kota di Provinsi Riau, Rohil paling tarakhir merumahkan honorer dan itu baru berjalan bebera hari yang lalu,” jelas Suyatno.
Dijelaskan Suyatno kembali, sebenarnya pihaknya masih membutuhkan para tenaga honorer, dan ia minta data yang akurat dari semua OPD, dan harus mengusulkan kembali kepada dirinya berapa orang jumlah tenaga honor yang dikebutuhkan mereka (OPD,red).
“Nah, dari situ kita buka peluang kembali bagi honorer yang dirumahkan. Ini sifatnya sementara, dengan system tes akan merekrut kembali tenaga-tenaga honorer untuk berkerja dilingkungan pamda rohil sesuai kebutuhan OPD,” tandasnya.(gp1)