||ROHIL|| ~ Komisaris Utama (Komut) dan Dua (2) Direksi BUMD, PT. Sarana Pembangunan Rokan Hilir (PT. SPRH) Perseroda, melakukan Inspeksi mendadak (Sidak), di SPBU, Jalan Kecamatan, Batu 4, Bangko. SPBU tersebut merupakan unit usah berplat merah yang berdiri sejak 2004 silam.
“Kita sidak SPBU ini karena dapat info kalau SPBU ini sudah bangkrut. Masak setiap mau order Solar dan Pertalite ke Pertamina, harus ngumpulin duit dulu dari para nelayan pembeli minyak. Kan udah tak betul ini,” kata Tiswarni, didampingi M. Hidayat dan Zulpakar, Rabu (28/5), di ruang kerjanya.
“Miris kita lihatnya, bukan cuma itu aja, ngutang sama pengusaha ATM mini bunganya 20% (persen), pun sanggup. Contoh ni, minjam 50 juta, balikinnya jadi 60 juta. Waras gak itu, kok isi benaknya cuma menghabiskan duit SPBU ini?,” ketus Tiswarni.
Tampaknya, menurut Tiswarni, primadona cuan yang bisa menambah pemasukan pribadi dan golongan adalah dengan memperbanyak perjalanan dinas (Sppd), karena saat Sidak waktu itu, infonya Manager dan Bendahara SPBU, tengah perjalanan dinas ke Pekanbaru, menenteng cuan Rp.10 juta dari SPBU.
“Tak habis pikir saya, sedangkan mau order BBM dari Pertamina, staf SPBU disuruh ngutip duit dulu kesana-sini dan ngutang duit berbunga tinggi agar mencukupi draf orderan (DO) BBM masuk. Tapi, kok Manager dan bendahara, ngabisin duit dalihnya perjalanan dinas,” paparnya.
Tidak sampai disitu saja, Tiswarni, yang juga merupakan Kabag Ekonomi di Pemkab Rohil itu, telah mencium kebusukan secara berjamaah ditubuh internal elite SPBU, jauh-jauh hari. Diduga melibatkan para petinggi, orang terdekat dan kepercayaan, sehingga mengakibatkan keunagan SPBU kolep saat ini.
“Kita menduga si-oknum petinggi SPBU, bersama orang terdekat dan kepercayaannya, berjamaah melakukan tindakan menghabiskan anggaran itu. Bukan dapat laba (untung), malah merugikan perusahaan dan imbasnya melukai masyarakat Rohil. Dimana hati nuraninya,” tegasnya.
Kenyataan sangat pahit, hal itulah yang dirasakan Komisaris dan Dua Direksi BUMD, saat Sidak serta mengumpulkan jajaran staf inti SPBU didalam ruangan rapat. Langkah itu diambil, karena aktivitas di SPBU lumpuh total waktu itu, lantaran BBM Solar dan Pertalite kosong.
“Udah tak beres ini. Keuangan Kas kosong. Duit penjualan terkumpul semuanya hanya Rp.22 juta. Lantas pinjaman dana Rp.2 Miliar tahun lalu dari BUMD, dikemanakan duitnya,” urai Tiswani, berang.
Menilai manajemen yang amburadul, Tiswani menguraikan, bahwasanya selama ditangan manager saat ini, pada tahun sebelumnya SPBU telah mengalami kerugian sebanyak Rp.2 Miliar, sesuai laporan tahunan.
Tanpa diketahui dan disetujui jajaran direksi BUMD lainnya, lanjutnya, SPBU meminjam dana segar BUMD sebesar Rp.2 Miliar, melalui sang Direktur Utama (Dirut). Suntikan dana besar itu, menjadi tanda tanya besar setelah melihat kondisi keuangan SPBU yang kosong.
“Ini si Manager SPBU-nya sadar enggak sih atas kejadian saat ini. Ini duit negara loh yang dia kelola. Dan dia harus mempertanggung jawabkannya. Kalau gini kejadiannya, maka akan bersentuhan hukum dan bisa masuk meja hijau,” tandasnya.
Nampaknya, aroma-aroma busuk SPBU mulai menguap kepermukaan. Jika minyak bisa menguap lalu membuat kerugian. Bagai mana pula dengan duit Rp.2 Miliar bisa lesap dalam kurun setahun dan Kas SPBU kosong melompong perhari ini. Ngutip dan minjem duit berbunga, itu jalan agar bisa mengorder minyak ke Pertamina.
Harapan seluruh masyarakat Rohil, kepada penegak hukum, agar memeriksa atau mengaudit unit usaha satu-satunya milik BUMD, PT. SPRH, yang kesannya saat ini perusahaan ini milik pribadi mereka. Tujuan meriksa ialah, agar apa yang mereka grogoti secara berjamaah terbongkar dan dipertanggung jawabkan secara hukum.
Terpisah, Manager SPBU, yang akrab disapa Ipol, via selulernya, dia tidak banyak berkomentar saat dicerca beberapa pertanyaan oleh awak media ini seputar Sidak di SPBU yang ia pimpin.
“Saya tak bisa jawab semua pertanyaannya. Pas waktu Sidak itu, saya menghadiri undangan pelatihan dari Pertamina dan kami berangkat bertiga dengan biaya Rp.10 juta bagi tiga. Soal anggota mengutip duit dan ngutang sana sini, itu tidaklah. Kan SPBU masih beroprasional sampai saat ini,” katanya, dan menambahkan.
“Kalau pertanyaan yang lainnya, saya ‘no comentlah’. Saya tidak menjabat manager lagi di SPBU, dan ditarik ke BUMD sebagai staf biasa. Tinggal menunggu SK saja,” tutupnya.
Sementara, pengakuan dari dua staf SPBU dihadapan Komut dan dua Direksi BUMD, serta jajaran staf SPBU diruang rapat, HR dan AB mengatakan mereka berdua ikut degan menggunakan dana dari kocek sendiri.
“Mereka berdua pas Sidak kemarin hadir kok, didepan orang ramai, dua orang itu mengaku menggunakan dana pribadi masing-masing. Dan soal mengutip dan mencari utangan dipengusaha ATM mini, untuk melengkapi dana kekurangan oreder BBM di Pertamina, HR telah menceritakan semuanya dihadapan kami,” tandas Tiswarni.**
Laporan by: Sandrego Siregar/ Ram S
Editor by: MMD-