PELALAWAN – Terkait matinya ribuan ikan di kanal perusahaan PT. RAPP pada Selasa (23/3/2021) lalu, hingga hari ini belum mendapat jawaban bahkan masih menjadi misteri apa penyebab sebenarnya.
Adapun pengambilan sampel air dilokasi kejadian oleh tim PLHD yang sempat diragukan oleh DPRD Pelalawan hingga saat ini belum juga selesai. Pihak DLHK sendiri masih belum bisa memberikan kapan pastinya hasil uji lab tersebut bisa dipublikasikan.
Kepala dinas LHK provinsi Riau, Ma’mun Murod ketika dikonfirmasi justru mengarahkan kepada tim PLHD. Menurutnya hal tersebut ditangani oleh tim PLHD.
“Semoga secepatnya, karena itu dilakukan oleh PLHD, silahkan tanyakan ke tim nya,” kata Ma’mun Murod pada Rabu sore (28/4/2021).
Sementara itu, Dwiyana yang menjabat dibidang Penataan dan tim PLHD juga belum memberikan kapan kepastian laporan hasil laboratorium tersebut bisa dipublikasikan.
Tanggapan miring adanya dugaan “main mata” antara perusahaan dengan dinas LHK pun muncul. Namun Hal tersebut dibantah tegas oleh Dwiyana.
“PPLHD sudah bekerja sesuai kewajiban dalam SOP, justru PPLHD sampai sekarang belum menerima haknya dalam melaksanakan tugas, karena rasa tanggung jawab, mereka melaksanakan tugas dengan biaya masing-masing terlebih dahulu, kemudian dengan situasi pandemi covid-19, ada prokes yang harus ditaati, sehingga berpengaruh terhadap waktu penyelesaian laporan, diperkirakan laporan akan selesai setelah idul Fitri tahun ini,” jelas Dwiyana melalui WhatsApp pada Rabu petang (28/4/2021).
Saat ditanya laboratorium yang digunakan pihaknya melakukan uji sample, Dwiyana tidak bersedia membeberkan dengan alasan kerahasian dalm proses penegakan hukum.
“Saya belum dapat informasi laboratorium mana, karena kegiatan ini pengawasan/ penegakan hukum biasanya tidak dipublikasikan, kecuali keterangan di pengadilan,” katanya.
Diketahui sebelumnya bahwa sample diambil terkait adanya dugaan pencemaran lingkungan yang menyebabkan ribuan ikan mati di kanal PT RAPP yang mengarah ke sungai Kampar desa Sering.
Aroma air pada saat kejadian sempat mengeluarkan bau kimia yang sangat tajam, bahkan diakui tim awak media (tim umang-umang, red) pada saat itu yang berada dilokasi kejadian sempat mengalami pusing dan muntah. Selain itu suhu air juga terasa hangat.
Namun sudah sekitar 36 hari pasca kejadian hasil uji laboratorium kabarnya belum juga bisa dipublikasikan pihak DLHK.