Keterwakilan perempuan dalam dunia perpolitikan di Indonesia bisa dikatakan masih minim. Padahal menurut politisi muda Partai Perindo, Esy Fahlinda, nuansa itu bisa saja mengubah dunia apabila kita mampu memaksimalkan peran dan potensinya dengan masuk ke ranah perpolitikan.
Esy Fahlinda, Wanita yang humoris berusia 40 tahun yang mempunya hoby Travelling juga menjabat sebagai Wakil Bidang Kesehatan dan Sosial mengungkapkan bahwa selama ini politik selalu dianggap terlalu maskulin, dimana terjun ke dunia politik semata-mata hanya diperuntukkan untuk kaum adam saja.
Menurut Esy, panggilan akrabnya, jika maskulinitas ini dibiarkan begitu saja maka perempuan tidak akan pernah dilibatkan dalam setiap pengambilan keputusan yang berpengaruh pada kemajuan bangsa dan negara.
Baca Juga : Mengenal Sosok Esy Fahlinda Lebih Dekat Menuju Pekan Baru Kota Bertuah
Sejauh Apa Penting Peran Perempuan di Dunia Politik, Dimata Sosok Esy Fahlinda?
“Jelas Sangat Penting banget.. ‘Jawab tegas Esy, menguraikan.
Pentingnya perempuan memiliki makna yang sangat penting di dunia politik untuk memberikan pemahaman dan menyatukan persepsi tentang pentingnya pembangunan demokrasi yang sehat, adil dan realistis. Sehingga menurut Esy, perempuan harus masuk ke dunia politik jika ingin mencapai ketertinggalan tanpa harus mengenal kata lambat.
Baca Juga : Bagian I: Mengenang Secuplik Kisah Mantan BNN & Kabareskrim, Anang Iskandar
“Banyak keputusan itu ada di politik, nah.. kalau perempuan mau hak-haknya terpenuhi mereka harus berada di dalam pengambilan keputusan itu. Jadi, salah satu cara dan jalan, ya.. harus masuk ke partai politik,” ujar Esy, dengan raut wajah senyum, yang menampak dirinya ialah sosok yang humoris.
Tidak saja serta-merta berperan untuk turut serta memperjuangkan hak-hak perempuan, lanjut sosok perempuan yang menamatkan dua studi kesarjanaanya, dengan Titel SH & S.psi, di sebuah Universitas Jogjakarta ini juga mengungkapkan bahwa peran perempuan dalam dunia politik sebagai salah satu bentuk kesetaraan gender dimana baik laki-laki maupun perempuan berada di posisi yang sama baik mengambil dan menentukan sikap serta keputusan.
Kartini zaman now ngak harus menjadi mentor dalam keluarga terutama bagi anak-anak, terbukti sikap dasar keibuan untuk membimbing anak kini mampu harus ditampilkan dalam merangkul guna keputusan khalayak ramai. Kita tidak harus mensejajarkan diri dengan laki-laki, namun kita harus mengambil bersama peranan-peranan itu dalam putusan melalui jalur politik.
“Ras, Agama, Gender, itu semua dibalut dalam toleransi menjadikan kita dalam kedamaian. Kesetaraan dalam demokrasi sudah mengahruskan peranan perempuan berdampingan setara dalam langkah-langkah kebijakan, putusan untuk adil dan realistis menjalankan roda kepemerintahan.
Kita nggak menganggap laki-laki itu lebih hebat dari kita, tapi kita juga nggak merendahkan laki-laki. Karena ada juga kan tipe perempuan yang memperjuangkan hak perempuan tapi justru menurunkan hak laki-laki. Jangan sampai sepertu itu, kesetaraan bagi kita punya hak yang sama dan kemudian berada dalam pengambilan keputusan,” imbuhnya.*** -rls-