Bagansiapi-api. GoPesisir.com– Kegalauan seluruh komponen masyarakat di Kabupaten Rokan Hilir (Rohil) telah berada dititik puncak. Hampir 6 bulan berlalu (1 Semester) tidak ada satupun Kebijakan yang mampu membuat masyarakat bergerak dengan harapan. Semua tinggal janji. Dan anehnya Kabupaten lain telah ada gerak yang cukup signifikan ketika Eksekutif dan Legislatif mampu duduk bersama.
Legislatif. Ya. Inilah harapan terakhir masyarakat di Kabupaten Rohil. Namun, harapan itu nampaknya akan sia-sia. Sebab 6 (Enam) Fraksi di DPRD Rohil telah melayangkan surat seacara resmi kepada Ketua DPRD, H. Nasruddin Hasan, meminta diadakan Rapat Terbuka dengan Ketua TAPD Kabupaten, Drs. H. Surya Arfan, M.Si, untuk membicarakan apa sesungguhnya yang terjadi di Kabupaten dengan julukan Negeri Seribu Kubah ini.
Dalam bincang santai dengan Ketua Komisi B, Hendra, ST, (Rabu, 17/5/17) di ruangannya GoPesisir.com secara terbuka menanyakan alasan Ketua DPRD menolak alias tidak bereaksi terhadap surat 6 fraksi tersebut. Dengan mimik serius Hendra, ST, hanya geleng-geleng kepala. “Tidak tahu”, ujarnya. Tugas konstitusional kami. Ya, menyampaikan surat secara resmi. Dan Ketua lah yang seharusnya mengambil sikap.
Persoalan yang sama juga pernah dibicarakan dengan sdr. Abu Khoiri (Aboi), di ruangan saya, lanjutnya. Tapi kembali mentok.
Baca Juga: HATI BATU, TELINGA TEMPAYAN (MARI KITA BERHENTI MENJADI ORANG MELAYU)
Isu defisit telah menghantam seluruh sendi kehidupan masyarakat, baik ASN, HONORER, maupun KONTRAKTOR. Efek domino defisit semakin hari semakin menampakkan pengaruhnya, khususnya ekonomi masyarakat bawah. Disisi lain, langkah-langkah dan kebijakan dari Pemerintah Daerah belum menampakkan tali dimana masyarakat bisa bergantung. Rapat Kordinasi Terbuka antara DPRD dan PEMERINTAH KABUPATEN tak lebih dari utopi.
Pertanyaannya, ada apa dengan Ketua DPRD kita yang diam membisu bahkan tetap juga membisu lewat jalur formal. Setelah surat resmi 6 fraksi yang ada di DPRD dilayangkan ?
Banyak anekdot sosial (lelucon sosial) akhirnya bermunculan di warung kopi dan di lingkaran wartawan.
Ya wajarlah diam Wak, ujar seorang wartawan berbadan gemuk, wartawan media on-line yang cukup bergensi di Riau. “Untuk Ketua, semua kan udah cair. Yang tersisa cuma yang kecik-kecik. Tak ngaruh lah. Jadi kalau diam, namanya dah kenyang”, akhirnya.
Sementara wartawan lain mengungkapkan, “Diam tu, diam berisi dan diam emas. Kalau kosong pasti gelisah, resah. Jadi, tak usah heranlah”. Saya dah mangkal di DPRD selama 10 tahun. Ibarat belajar baca, saya sudah khatam ribuan kali, ujarnya dengan senyum.
Lain suara wartawan, lain pula anekdot Kontraktor yang sampai kini masih mengalami tunda bayar dan masih berharap untuk pencairan.
Bang, ujar Roy (bukan nama sebenarnya). Jika Ketua DPRD menolak surat 6 fraksi DPRD, itu artinya Ketuo hatinyo dah Hati Batu dan Telingonyo dah menjadi Telingo Tempayan, kato pepatah Melayu lama. Banyak pemimpin kita berbicara Rakyat hanya intens ketika PILEG atau PILKADA. Ketika mereka telah duduk, rakyat berada diposisi paling akhir. Itulah nasib rakyat Bang, ungkap Roy dengan nada nelangsa.
Apapun kondisinya, GoPesisir.com ingin mengingatkan. Kita semua tau bahwa kesabaran masyarakat ada batasnya. Ketika batas itu terlewati, banyak hal bisa terjadi. BUKA HATI, BUKA FIKIRAN DAN DUDUKLAH BERSAMA ANTARA LEGISLATIF DAN EKSEKUTIF untuk membahas berbagai persoalan negeri ini sesegera mungkin. Itu pun “Jika dihadapan tuan-tuan yang terhormat masih ada RAKYAT“.***
Posting by: Tim GoPes