PEKANBARU – Sebagai wartawan, yang getol mengungkap kasus Korupsi, Torozidu Laia belum tentu tewas. Kejadiannya, di Bengkalis (2005) silam, tengah malam. Kala itu Toro, baru saja memberitakan kasus dugaan korupsi pengadaan buku.
Toro, dianiaya hingga babak belur. Diduga penganiaya yang mencerminkan suruhan pihak Dinas Pendidikan dan Kontraktor, merencanakan membuang Toro ke sungai.
Ini salah satu, pengalaman tragis yang dialami Toro sebagai wartawan pemburu korupsi. Kala itu, kasus dugaan korupsi pengadaan buku, tengah diinvestigasinya.
Berita terkait : djauhari-kasus-toro-murni-kriminalisasi-pers-dewan-pers-tidak-akan-diam
Konon, kapal yang mengangkut buku dari Jakarta menuju Bengkalis itu, tenggelam di perairan Selatpanjang. Buku dikabarkan rusak semua.
Toro, mencium aroma korupsi di balik skenario proyek (APBD Bengkalis, Tahun 2004,red). Soalnya, ada beberapa kejanggalan
Diukuran dan temuan, sebab dalam LKPJ Bupati, melupakan proyek yang disebut mencapai 100 persen. “Itu yang menyebabkan kecurigaan saya,” katanya.
Kasus diberitakan Toro. Saat itu Toro bekerja sebagai pengacara untuk Surat Kabar, OTORITAS DAERAH.
Media ini, milik pamanya, Foa Hia, salah seorang Tokoh Pers Nasional, ikut merumuskan Kode Etik Jurnalistik Indonesia (KEJI). Foa Hia juga seorang Advokat.
Berita terkait : wahyudi-kriminalisasi-pers-toro-jangan-gentar-atas-gugatan-bupati-bengkalis
Sebenarnya, kala melakukan reportase dan laporan kasus ini, sebelum berita naik, seorang Kontraktor bernisial SM, mendatangi Toro. “Saya diajak nego. Saya disodori Rp 5 juta. Saya tolak. Berita, tetap saya naikkan,” katanya.
Berita naik dimedia cetak (Koran,red), beredar di Bengkalis. Suasana heboh. Pihak Dinas Pendidikan lokal yang dipimpin, kebakaran jenggot.
Sebab, dalam berita yang dinamis tersebut, Tindak korupsi Kejaksaan Tinggi Riau, mengusut kasus dugaan korupsi itu.
Kembali ke riwayat kisah Toro. Malam itu, Toro yang masih lajang, belum tertidur. Tiba-tiba ada yang mengetuk pintu rumah. Ternyata, 4 orang OTK.
Begitu pintu dia buka, bogem mentah bertububi-tubi langsung menghantam cendela. Toro tersungkur. Tapi, stamina Toro memang kuat. Dia tetap sadar saat digiring ke kawasan Sungai Bengkel.
Berita terkait : deretan-kasus-sekdako-dumai-kpk-amril-masih-sebagai-saksi
“Untung Tuhan menolong saya. Saya, ternyata, masih layak hidup. Seseorang pengendara sepeda motor melintas,” ujarnya.
Toro menyebut, betapa Tuhan Maha Penolong. Toro merasa, Tuhan segera mengirim bantuan, untuk menyelamatkan nyawanya.
“Ternyata, lanjutnya, orang yang melintas itu, Pak Harahap. Dia seorang Opsir Tentara. Dia juga teman baik saya,” katanya.
Di kegelapan, si tentara mencari ada sesuatu. Dia berhentikan motornya. Kemudian mengarahkan lampu motornya ke arah aktivitas itu.
Dia (Tentara,red) semakin curiga. Dan si Tentara segera mendekat dan melihat wajah Toro. Dia segera bertindak. “Pak Harahap dengan cekatan, cari mereka. Dan, mereka lari,” katanya.
Toro kemudian diselamatkannya. Toro yang wajahya babak belur di bawa ke rumah sakit. Toro kemudian menyadari, berbarengan dengan berita yang dia tulis. Ada uangnya dengan uang Rp 5 juta yang dia tolak.
“Pak Harahap minta saya segera meninggalkan Bengkalis,” kata Toro. Setelah itu, perburuan korupsi dimulai lagi.**
Penulis : Wahyudi El Panggabean
Editor : mamad