GoPesisir.com – Membaca Posmetro Rohil (edisi Rabu, 26/April/2017) dengan judul “Kita Bukan Pengemis, Tapi Daerah Yang Dizalimi” sungguh menarik untuk dianalisa. Betapa tidak. Rombongan Bupati Rokan Hilir, Sekda dan 10 Organisasi Perangkat Daerah (OPD) berangkat ke Jakarta untuk bertemu Menteri Keuangan RI, Dr. Sri Mulyani menanyakan transfer dana pusat yang terkendala.
Rombongan sampai di Jakarta 24/April/2017 dan sampai 25/April/2017, Posmetro Rohil menghubungi Sekda Drs. H. Surya Arfan, M.Si menanyakan perkembangan situasi rombongan di Jakarta.
Apakah judul tersebut diambil dari pernyataan Sekda, Drs. H. Surya Arfan, M.Si atau Posmetro Rohil yang menginterpretasikan pernyataan Sekda juga tidak jelas. Bahkan di media nasional atau regional tidak ada sama sekali pernyataan Ibu Menteri yang bernada merendahkan rombongan Bupati, demikian juga tulisan dalam bentuk opini. Suatu hal yang jelas rombongan Bupati merasa dizolimi karena mungkin tidak bisa bertemu dengan Ibu Menteri, demikian pernyataan Sekda.
LOBI, SERAMBI DAN RUANG UTAMA
Kehadiran Bupati dan 10 OPD pada intinya adalah melakukan lobi. Sementara lobi awalnya bermakna sebuah serambi sebelum masuk keruang utama.
Pada titik ini sejatinya rombongan Bupati masuk terlebih dahulu ke Serambi (Dirjen Otonomi Daerah-Dirjen OTDA). Banyak hal yang bisa dibicarakan di Serambi ini, apalagi masuk ke Serambi Keuangan Daerah. Mungkin disini bisa bicara persoalan, angka-angka dan mengapa kendala transfer harus terjadi.
Jika Lobi dimaknai tempat yang nyaman dan tenang untuk mengadakan pembicaraan dan pendekatan, rasanya Serambi Dirjen OTDA memenuhi persyaratan untuk itu. Jika Lobi juga dimaknai sebagai pendekatan (approach) – proses penyampaian argumentasi–argumentasi yang bersifat mendukung untuk mengatasi tahap-tahap negosiasi jika mengalami jalan buntu dan tidak menemukan kata sepakat, maka Serambi (Dirjen Otda) adalah juga tempat yang layak. Sebab disini persoalan Otonomi Daerah yang dihadapi Rohil bisa didiskusikan. Jika bicara tentang DBH MINYAK DAN GAS, tentu Serambinya di SKK MIGAS.
Baca Juga :
“DEFISIT, GAJI, HUTANG DAN MANAJER KITA” – AKAN JADI APA NEGERI INI ?!!!”
BAHASA LOBI KITA
Bahasa adalah sarana penyampaian keinginan seseorang. Bahasa juga menunjukkan jati diri. Jika kedatangan rombongan Bupati ke Jakarta untuk mendapatkan kejelasan, bahasa yang digunakan Sekda idealnya bahasa persuasif, bukan bahasa panik apalagi bahasa pelemahan diri bahwa Rohil dalam masalah.
Menjadi pelobi memerlukan keterbukaan wawasan, pengetahuan, dan pengalaman – diperoleh melalui proses pengembangan diri yang berkesinambungan, mencakup pengembangan kompetensi untuk mengelola kombinasi “kontak-target-waktu-tempat” secara efektif dan efisien.
Keberhasilan mengelola kombinasi kontak-target-waktu-tempat terjadi jika pelobi membekali diri dengan keterampilan membangun hubungan interpersonal, kemampuan menjadi active listener dan kemampuan menjadi assertive presenter (mendalami topic lobbying) sehingga tidak terjebak dalam kondisi yang tidak menguntungkan dan membahayakan misi yang sebenarnya. Untuk itu, Intuisi, fleksibilitas, dan sensitivitas dalam mengelola situasi merupakan elemen pendukung kesuksesan lobi.
Mudah-mudahan jika Lobi harus dilakukan ulang, jangan lupakan ruang-ruang yang ada sebelum masuk ke ruang utama. Sebab untuk langsung masuk ke Ruang Utama, kegesitan mengelola “kontak-target-waktu-tempat” sangat diperlukan, kecuali daerah Rokan Hilir menghadapi situasi DARURAT LUAR BIASA. Toch, tak ketemu Ibu Menteri juga tidak masalah asal misi tercapai.***(tim GoPes)