PEKANBARU – Yayasan Dompet Dhuafa lewat Makmal Pendidikan kembali mengirimkan mahasiswa Sekolah Guru Indonesia (SGI) yang telah dibina selama tiga bulan untuk mengabdi selama dua belas purnama.
Mereka siap mengabdikan diri memperbaiki permasalahan di bidang pendidikan khusus untuk sekolah yang berada di daerah marginal dan sekolah yang berada di kota.
Para relawan ini berjumlah sembilan belas orang yang berasal dari berbagai daerah di Indonesia. Mereka terdiri dari sepuluh orang putra dan sembilan orang putri yang kemudian menyebut diri sebagai Laskar Nusantara.
Para Pendekar Laskar Nusantara itu adalah Siti Kurniawati (Medan, Sumatra Utara), Kitty Andriany (Rokan Hulu, Riau), Agung Rakhmad Kurniawan dan Forta Oktariansah (Palembang, Sumatera Selatan).
Kemudian Shoffie Afrianur (DKI Jakarta), Sofiyan Hadi (Bekasi), Siti Sahauni (Banten, Serang), Benning Rizahra (Kuningan, Jawa Barat), M. Syaeful Bahri (Tegal, Jawa Tengah), Arby’in Pratiwi (Purworejo, Jawa Tengah).
Andri Yulian Christyanto (Ponorogo, Jawa Timur), Fitri Ayu Indriasari (Tulungagung, Jawa Timur), Saidina Ali dan Hamidun ( Pontianak, Kalimantan Barat), Achmad Salido dan Shalipp Sanri Geolfano (Muna, Sulawesi Selatan), Sumarni (Bima, NTB), serta Rokhani (Sumbawa, NTB).
Sejak tanggal 8 Februari kemarin, sebanyak 19 mahasiswa SGI dilepas dan disebarkan di sepuluh titik daerah penempatan, salah satunya Kabupaten Kepulauan Meranti, Riau.
Sekolah Literasi Indonesia adalah program dari Makmal Pendidikan yang merupakan program pengembangan untuk mewujudkan model sekolah berbasis masyarakat dengan fokus pada peningkatan kualitas sistem instruksional (pembelajaran) dan juga budaya kekhasan Literasi.
Penjabaran dari fokus tersebut adalah mengembangkan kemandirian sekolah pada 6 jenis keunggulan yaitu kecakapan literasi, efektivitas pembelajaran, kepemimpinan instruksional, lingkungan belajar yang kondusif, pembentukan karakter/akhlak dan efektivitas manajerial.
Program ini sendiri dilaksanakan di 20 sekolah yang ada di Indonesia. Guru konsultan yang telah dibina tersebut, siap menginisiasi sekolah nonformal sekaligus mendampingi sekolah agar menjadi sekolah yang memiliki budaya literasi.
“Guru Konsultan bertugas menjadi guru model, konsultan bagi pendidik, membuat kelas model, mengadakan pelatihan-pelatihan untuk guru, dan memberikan pelatihan parenting kepada orang tua,” papar Kitty, guru konsultan Dompet Dhuafa dari Rokan Hulu.
Hal ini, kata Kitty, untuk mensinergikan antara pendidikan di lingkup keluarga dan di sekolah serta program pemberdayaan masyarakat yang sesuai bagi meningkatkan kualitas hidup.
Launching Sekolah Literasi Indonesia dilaksanakan di Balai Pertemuan yang juga merupakan lokal jauh SDN 12 Sokop yang berada di Dusun Bandarraya, Desa Sokop, Kecamatan Rangsang Pesisir, Kepulauan Meranti, yang merupakan kediaman masyarakat suku Akit.
Acara tersebut dihadiri tokoh masyarakat dusun Bandarraya dan perwakilan dari Yayasan Pendidikan Dompet Dhuafa Zayd Syaifullah (Manager Sekolah Literasi Indonesia).
Selain itu, Kadis Pendidikan Meranti Drs. M. Arif M.N. M.Pd.I., aparatur kecamatan yang diwakili oleh Kholiqdin, Udir (Kepala Desa Sokop) serta orang tua murid juga turut menghadiri acara itu,” kata Siti, guru konsultan Dompet Dhuafa asal Medan.
Simbolisasi launching program Sekolah Literasi Indonesia ini ditandai dengan pemotongan pita oleh Kadisdik Kepulauan Meranti. Harapannya program ini mampu memutuskan ketidakberdayaan pendidikan di Bandarraya.
Kadisdik dalam sambutannya mengungkapkan harapan kepada guru konsultan yang ditugaskan agar membantu memberikan motivasi kepada anak-anak Bandarraya dan orang tuanya.
Dia juga mengimbau seluruh elemen masyarakat agar mendukung program ini sekaligus mengucapkan terima kasih kepada Yayasan Pendidikan Dompet Dhuafa.
“Kami berharap masyarakat yang ada akan memahami pentingnya pendidikan sehingga program ini akan berlanjut di tahun berikutnya,” sampai Kadis. ***
goriau.com