PELALAWAN – Diduga akibat kelalaian, limbah B3 dari pabrik Pengolahan Kelapa Sawit (PKS) PT. Indosawit kembali mencemari aliran sungai Pematang (DAS) didesa Air Hitam Kecamatan Ukui, Kabupaten Pelalawan Provinsi Riau, hingga membunuh beberapa habitat yang ada didalamnya.
Berdasarkan keterangan Humas Perusahaan bersangkutan, kejadian yang berlaku sekitar 3 (Tiga) hari lalu, atau lebih tepatnya pada Selasa (2/2/2021) siang itu disebabkan pecahnya tembok kolam limbah milik PT. Indosawit.
Dampak dari tumpahan limbah tersebut, kondisi sungai Pematang berubah menjadi hitam pekat dan menimbulkan bau menyengat, dan berdasarkan fakta dilapangan, terlihat beberapa ikan mengambang dalam kondisi mati.
Komunitas pemerhati lingkungan, PATAR menyikapi tumpahnya limbah ke aliran Sungai Pematang yang menyebabkan biota air sungai mengalami kematian merupakan suatu pencemaran lingkungan bahan berbahaya beracun (B3).
Abdul M divisi Informasi dan Publikasi PATAR mendesak agar pihak DLH serius menyikapi persoalan AMDAL lingkungan perusahaan yang berada diwilayah Kabupaten Pelalawan.
“Kita sudah lihat kondisi air disana dan kami meyakini itu mengandung B3. Selain warna air yang menghitam seperti kopi, beberapa mahluk air seperti ikan, anakan katak dan hewan biota lainnya sebagian sudah dalam kondisi mati,” kata Abdul. M. SIP kepada awak media, Jumat (5/2/2021).
Lebih lanjut Abdul juga mengatakan akan segera menyurati pihak RSPO Indonesia dan Malaysia terkait beberapa persoalan yang dilanggar pihak PT. Inti Indosawit Subur tersebut.
“Kami akan segera cukupkan beberapa dokumen pendukung, insyaallah dalam minggu ini surat kita kirim ke RSPO. Mereka lalai dalam hal ini, harapan kami peristiwa fatal seperti itu tidak terjadi lagi,” katanya.
Sementara itu, Humas Indosawit, Taufiq hingga saat ini belum memberikan klarifikasi atas peristiwa tersebut hingga berita ini diterbitkan.
Hal yang sama juga terjadi pada Kepala Dinas Lingkungan Hidup (Ka-DLH) Pelalawan, Eko yang beberapa kali dihubungi melalui WhatsApp-nya untuk dimintai klarifikasi terkait isu rusaknya lingkungan yang disebabkan limbah perusahaan, sama sekali tidak memberikan jawaban, bahkan terkesan tidak peduli serta mengabaikan peran awak media untuk mendapatkan hasil sebuah berita yang berimbang. **(Red).