Banyak kejadian alam membuat kita harus membaca Istighfar, meminta ampun kepada Yang Maha Kuasa atas segala dosa dan kekhilafan yang kita buat. Namun kejadian demi kejadian berlalu tanpa pernah kita merenung, apa sebenarnya arti dibalik kejadian tersebut. Salah satu contoh, Angin Puting Beliung,
Dulu Angin Puting Beliung terjadi di laut lepas dan menjadi momok menakutkan bagi para pelaut. Menurut Penelitian BMG, Angin Puting Beliung sejak tahun 2007 lebih banyak terjadi di darat dari pada di laut. Aku bingung. Iko fenomena apa Lung, kata Bujang pada Lung Dolah
Bujang terus bocoloteh. Tengoklah Lung apa yang terjadi di Jakarta, Jawa Barat, Jawa Timur, Jawa Tengah, Kalimantan, Sulawesi dan wilayah-wilayah lainnya di Indonesia termasuk di Rohil. Ketika turun hujan lebat, sering kali Angin Puting Beliung, angin kencang yang berputar-putar, datang – menyapu apa yang ada disekitarnya, tidak peduli apakah itu Sekolah, Masjid, Gereja, Vihara, pohon, tiang listrik. Dan terakhir ….. alah mak …… yang tersisa hanyalah reruntuhan, sampah dan kadang banjir.bandang
Jang, potong Lung Dolah. Dari tadi miko ni boceloteh terus, Bagi Lung, tak susahlah menjawabnya. Berhenti dululah..
“Iya, iya. Jawablah Lung.”,Bujang momohon.
Lung Dolah mengisap rokok dalam-dalam. Rokok orang kampung zaman dulu, tembakau dan daun nipah digulung. Ada daun sirih, kapur, gambir dan pinang. Tak berubah, sejak zaman penjajahan, proklamasi sampai zaman reformasi. Asap keluar dari hidung Lung Dolah yang mancung. Tak lupa kopi yang hampir dingin dihirup memuaskan tokak yang agak kering.
Pertama, kau jangan salaf tafsir dulu. Maaf beribu maaf.
Lung harus meminta maaf dulu mungkin menyinggung perasaan kau nak, atau mungkin juga menyinggung perasaan orang banyak. Ini kajian orang tua Melayu zaman klasik dan sekarang sudah dilupakan. Kau baca “Astaghfirulllah al ‘Adzim” sebanyak 14 kali. Setelah itu baru Lung terangkan.
Bujang pun langsung mempraktekkan wejangan Lung Dolah.
Hening sesaat. Setelah selesai Lung Dolah melanjutkan. Kata orang sekarang, apa yang tadi kau sebut, itu fenomena alam namanya. Di dalam alam ini Nak, ada hukum yang berputar berdasarkan sistim yang dibuat oleh Yang Maha Membuat dan Maha Pencipta. Sistim yang tertata rapi disebut “Sunnatullah”. Hukum itu abadi sampai akhir zaman Setiap Hukum ada sistim yang mengatur. Ketika sistim itu rusak, hukum itupun rusaklah.
Apa sangkut pautnya dengan Angin Puting Beliung Lung, tanya Bujang, dengan nada tak puas.
Ooooooooi Jang, itu kajiannya panjang , tapi,.kajian pendek pun bisa, lewat ilmu Ma’rifat.
Nah kajian pendek sajolah Lung, potong Bujang.
Baiklah. Sokaang kau donga baik-baik. Ketika Allah SWT menciptakan alam semesta, Allah SWT bagi-bagi kebaikan di atas ciptaan-Nya, masing-masing dapat satu bagian. Kehalusan diberikan Allah SWT pada syurga, keelokan pada bidadari, sinar pada matahari, nur pada bulan, kegelapan pada malam, kelembutan pada air dan kehalusan pada udara. Yang demikian itu juga diberikan Allah SWT pada manusia. Kehalusan pada roh dan sanubari, keelokan pada pipi, sinar pada muka, cahaya pada mata dan kegelapan pada rambut.
Nak …., yang harus kau ingat sanubari dan angin mempunyai sifat yang sama, yakni kehalusan atau kelembutan. Ketika manusia telah kehilangan sanubari (kehalusan) yang muncul adalah sifat angkuh, sombong, congkak, tamak, sewenang-wenang, sok kuasa, sok hebat, sok bersih dan sebagainya. Angin juga ikut berubah mengikuti sifat saudaranya. Angin tu alam kecik, Nak. Manusia itu alam besar. Kalau angin puting beliung sudah naik ke darat, dia cuma ingin berpartisipasi dan ikut meramaikan apa yang sudah dibuat oleh saudaranya – alam besar – yakni manusia.di darat
Lung …. Makin bingung aku. Laut dan darat kan beda, apalagi laut, darat, angin dan manusia..
Iya. Kata Lung Dolah. Bukankah di darat sekarang, banyak orang yang membangun sistim dirinya mirip dengan sistim Angin Puting Beliung. Hampir semua sisi kehidupan terimbas tempiasnya. Ada orang ketika mendapat jabatan pandainya hanya memutar-mutar program atau kegiatan, Titik akhirnya ya memutar angka, supaya ada bagian disitu. Asal putar. Ketika program atau kegiatan tidak bisa dilaksanakan tahun dianggarkan, tahun selanjutnya kegiatan tersebut hilang. Jika memang program atau kegiatan yang telah disusun benar-benar hasil kajian dan penelitian, hasil Musrembang Desa, Musrembang Kecamatan dan Musrembang Kabupaten dan sangat dibutuhkan oleh masyarakat, tentunya program atau kegiatan tersebut wajib masuk di tahun berikutnya.
Ada juga orang jika berpidato, sungguh pandai memutar-mutar kata supaya didengar dihormati, disanjung dan diikuti, meskipun apa yang dipidatokan itu kadang kala banyak yang tak suai dengan kehidupan yang sesungguhnya. Ada orang, pandainya hanya memutar-mutar semen, tanah, pasir, batu, paku, besi angker , kawat, kayu dan sebagainya supaya dapat untung besar. Tak peduli kualitas pekerjaannya memenuhi standar atau tidak. Padahal keuntungan bagi yang mendapat proyek telah dipagu tidak boleh lebih dari 15 % kecuali kontraktor kecik dimana untuk PL diberikan kemudahan untuk mendapat keuntungan antara 20-25 %..Itulah Aturannya Nak.
Dalam dunia politik tak kalah seru. Ndak jadi apapun, kau harus pandai memutar-mutar kata supaya dipilih oleh rakyat. Putarlah kata yang indah, merayu, mempesona, lalu putarlah uang disana. Dan rakyatpun terbuai dalam mimpi indah mereka. Setelah terpilih kau juga harus pandai memutar-mutar kata supaya konstituen tak marah dan menuntut janji yang telah kau ucapkan. Putarlah kata supaya program aspirasi pribadi menjadi dana aspirasi yang dalam bahasa Inggrisnya disebut Pork Barrel Budget, meskipun tidak pernah dibicarakan di Musrembang Desa, Musrembang Kecamatan apalagi Musrembang Kabupaten,
Inikan menjadi berita dan tontonan setiap hari di TV-TV, diberitakan di media cetak nasional, regional dan lokal. Ini juga nampak dalam kehidupan keseharian kita.
Nah, kalau kita masyarakat biasa Lung, tempiasnya apa, lanjut Bujang.
Ya, berputar tujuh keliling, Orang kecik seperti kito ni setiap hari harus memutar otak bagaimana bisa bertahan hidup, bisa mencari sesuap nasi, Bagi Petani, dio harus memuta otak bagaimana bisa dapat pupuk murah, bisa dapat racun murah, bisa anak sekolah, bisa bayar SPP, bisa beli buku, bisa beli pakaian seragam dan seterusnya dan seterusnya.
Kan judulnyo sama. “Boputa-puta, seperti angin puting beliung”. Iyo ndak Jang, kata Lung Dolah.
Bujang mengangguk-anggukan kepalanya, tapi matanya menerawang jauh. Ntah mengerti dek dio, ntah tidak.
Lung Dolah tersenyum melihat tingkah laku Bujang. Dalam hati, Lung Dolah berbisik : :”Bujang .. Bujang. Tambah pusing kepala kau kan Nak. Ulung juga sama. Namanya “Angin Putting Beliung”. Heeeee, heeee, heee, Lung Dolah tertawa. Gigi ompongnya kelihatan. Udaahlah yo, kata Lung Dolah.
POSTING BY : Asmara Hadi Usman – Pengamat Masalah Sosial, Budaya dan Politik.