Kesaksian Harif Terkait Pertikaian Sukarmis dan Zulkifli

TELUKKUANTAN – Al Harif, salah seorang pegawai Sekretariat Daerah Kuantan Singingi (Kuansing), Riau. Ia merupakan salah seorang saksi mata pertengkaran antara Bupati Kuansing, H. Sukarmis dan wakilnya Zulkifli, Rabu (10/2/2016) lalu.

Harif, Sabtu (13/2/2016) pagi kembali menceritakan peristiwa itu. Tepat pukul 10.00 Wib, bupati baru saja masuk ke ruang kerja dan berbicara dengan ajudan serta staf yang ada. Setelah itu bergegas ke luar ruangan. “Dan ternyata beliau masuk ke ruang kerja Wabup.”

“Melihat itu, kami berlari mengikuti langkah bupati,” ujar Harif. Sesampai di dalam, bupati langsung berbicara dengan baik dan sopan.

“Apo maksud ang nak mempenjaro penjarokan den dan nak melaporkan den ke KPK? (Apa maksud anda ingin memenjarakan saya dan mau melaporkan saya ke KPK?),” ujar Sukarmis seperti yang disampaikan Harif.

“Abang mendutokan den (Abang membohongi saya),” jawab Zulkifli.

“Apo nan den dutokan ang? (Apa yang saya dustakan anda?).” Sukarmis balik bertanya.

“APBD habis dek abang (APBD habis oleh abang),” jawab Zulkifli.

“Astagfirullah. Astagfirullah. Astagfirullah,” ucap Sukarmis mendengar jawaban Zulkifli.

Setelah itu, lanjut Harif, Zulkifli meninju meja dan terjadi adu mulut yang sengit. Kemudian, bupati mengajak duel Zulkifli.

“Kok ndak, mua bacokak awak mua (ayo kita kelahi, ayo),” ucap Sukarmis.

“Jadi, mualah den ndak takuik do (Jadi, ayolah saya tidak takut),” jawab Zulkifli menerima tantangan Sukarmis.

Setelah itu, lanjut Harif, bupati langsung mengarah keluar dan Wabup terus berkata-kata dengan nada ancaman.

“Awas ang, den bunuah ang (awas kamu, saya bunuh kamu),” kata Zulkifli. Mendengar hal itu, bupati yang sudah sampai di pintu langsung berbalik arah. Namun, dia tertahan karena dipegang oleh oleh ajudan dan staf. Kemudian, Sukarmis diamankan di samping ruangan Wabup.

Tak lama kemudian, lanjut Harif, Zulkifli keluar bersama ajudannya menuju anak tangga menuju lantai dasar.

“Pan**k, pan**k Sukarmis. Disangko inyo, bapak punyo Kuansing go. ((Bercarut).. Sukarmis. Dia sangka, Kuansing ini punya bapaknya),” ucap Zulkifli sambil menuruni anak tangga. Ucapan tersebut terdengar dengan jelas oleh Sukarmis.

“Iyo, den punyo Kuansing go (Iya, saya yang punya Kuansing ini),” jawab Sukarmis.

Masih Harif, bupati bersama staf lain masih berada di lantai dua. Setelah itu, terdengar suara keras, seperti sesuatu yang kena tendang. Harif langsung turun bersama Mardinal, Beni serta teman lainnya.

“Ngapo-ngapo go pak? Abek ba tendang tong sampah go? Elok-elok lah pak. Bapak seorang yang apo. (Ngapa ni pak? Kenapa menendang tong sampah? Baik-baiklah pak. Bapak seorang yang apa),” ucap Harif menasehati Zulkifli.

Mendengar teguran tersebut, Zulkifli bergegas menghampiri Harif sambil mengancam akan membunuhnya.

“Apo dek ang. Eeee lah bagak ang ee. Awas ang, mati ang bisuak dek den. Sok-sok jadi pahlawan ang. (Apa kata kau. Eeehh.. Sudah berani kau ya. Awas kau. Kau mati besok sama aku. Sok-sok jadi pahlawan kau),” ujar Zulkifli. Ketika itu juga, kata Harif, Zulkifli melayangkan pukulan ke arahnya. Namun, dengan sigap Dodi selaku ajudan memisahkan Harif dan Zulkifli.

“Dan akhirnya saya berbalik ke belakang. Peristiwa ini terjadi teat di muka ruangan Ekbang,” tutur Harif.

Tidak lama berselang, lanjut Harif, ia kembali mendengar suara dari kejauhan. Harif pun menghampiri dan melihat ke arah luar pintu ruangan Asisten III. Ternyata, Zulkifli baru saja menendang kursi dan langsung menuju mobil. Sebelum masuk mobil, Zulkifli berteriak. “Pulang. Pulang.”

Setelah itu suasana Kantor Bupati Kuansing mulai kondusif. Ia bersama staf lainnya, yakni Elpian selaku supir bupati, Simanjuntak selaku ajudan, Doni Irawan selaku bendahara dan Toto selaku Kasubag Rumah Tangga serta para Kabag yang menjadi saksi, duduk di kantin dan mulai terkuak penyebab pertengkaran itu.

“Dari sini saya tahu, ternyata awal ceritanya dimulai dari hari kemaren. Dimana, Wabup minta dibayarkan SPPD-nya melalui bendahara dan Wabup juga menghubungi Sekda dan Kasubag Rumah Tangga. Dia menanyakan kenapa tunjangannya belum dibayarkan,” beber Harif.

Dalam diskusi tersebut, lanjut Harif, Sekda, Bendahara dan Kabag Umum sudah menjelaskan kepada Zulkifli bahwa APBD belum disahkan. Sehingga, belum ada pembayaran tunjangan. Begitu juga dengan tunjangan bupati.

“Itulah yang membuat bupati ingin mengklarifikasi kepada Wabup dengan masuk ke ruangannya. Tapi, berakhir dengan pertengkaran mulut,” pungkas Harif.***

goriau.com

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *