DURI – Habitat gajah di Kantong Balairaja, tak seperti dahulu lagi. Kini sebagian besar habitat gajah sudah berubah menjadi perkebunan sawit, karet, singkong dan pisang. Kantong Balairaja masuk Suaka Margasatwa (SM) Balairaja di Kecamatan Pinggir dan Mandau, Kabupaten Bengkalis, Provinsi Riau. Dari 18.000 hektare luas SM Balairaja, kini hanya tersisa 200 hektare. Itu pun masuk dalam kawasan Hutan Talang, sisanya. Apalagi ada rencana pemerintah daerah yang ingin membelah Hutan Talang, untuk Jalan Lingkar Duri Barat.
Semakin menipisnya habitat gajah, seiring berjalannya waktu. Warga yang merasa tidak nyaman, karena takut kebun miliknya dirusak oleh kawanan gajah, menghalalkan segala cara untuk menghalaunya.
“Akibat ranjau yang dibuat warga, 1 ekor anak gajah jantan kakinya terluka dan nyaris putus, akibat terjerat sling (tali baja atau kawat, red) yang dipasang oleh warga di kebunnya,” ujar Ketua Hipam (Himpunan Penggiat Alam) Duri-Riau, Zulhusni kepada GoRiau.com, Senin (8/2/2016).
Ada pun jerat yang digunakan warga untuk menghalau gajah liar, jelasnya, meliputi jerat listrik dan ranjau paku. Ranjau yang digunakan warga itu, setelah beberapa pekan belakangan ini anggota Hipam terus melakukan pemantauan pergerakan gajah di Kecamatan Pinggir dan Mandau.
“Warga di seputaran jalur gajah, harus menyadari. Dimana gajah lebih dahulu dari manusia, menggunakan wilayah itu sebagai jalur jelajahnya. Mari kita (warga, red) sedikit berbagi dengan gajah. Karena mereka (gajah, red) butuh hidup juga,” katanya.
Hipam juga berharap, BBKSDA Riau segera memberikan pengobatan kepada gajah yang sakit. Karena kondisinya saat ini sangat memperihatinkan.***
goriau.com