Assalamu’alaikum, ucap Bujang pada Lung Dolah.
‘Alaikum Salaam Warahmatullahi Wabarakatuh”, balas Lung Dolah.
Lung, kata Bujang. Aku ada masalah seraya menunjukkan selembar kertas.
Bacalah, mata Lung dah rabun. Bujang pun membaca keras-keras. Kubah menurut “Wikipedia Eksiklopedia”, artinya : 1 lengkung (atap); 2 atap yang melengkung merupakan setengah bulatan (kupel): — masjid; 3 bagian sebelah atas pesawat terbang, truk atau tank, yang meninggi dan berbentuk setengah bulatan (tempat senapan mesin dsb): — senapan mesin; ber•ku•bah v 1 memakai kubah; 2 beratap lengkung.
Kan sudah jelas Nak. Masalahnya apa, kata Lung Dolah
Masalahnya Lung, Rohil ini kan terkenal dengan sebutan “Negeri Seribu Kubah”. Selama ini banyak orang beranggapan kubah hanya ada di Masjid. Tapi setelah membaca Kamus tu, membaca buku dan tulisan tentang Kubah, aku bertanya-tanya.
Coba kau terangkan dulu yang kau baca pada Lung
Bujang pun mulai menerangkan :.
Di tepi sungai Yamuna, kira-kira 204 km di sebelah Selatan New Delhi, India, disitu ada Taj Mahal.. Taj Mahal juga disebut “Monumen Peringatan Cinta”, dipersembahkan oleh Shah Jahan, Sultan Mughal V, kepada isterinya Mumtaz Jahan, sebagai bukti cinta dan kasih sayangnya setelah isterinya melahirkan anak ke 13 dan meninggal dunia. Gedung Taj Mahal tu di atasnya ada kubah besar,
Di Jerman, ada Reichstag, didirikan oleh Nazi Jerman, dipakai untuk propaganda militer ketika Perang Dunia II berkecamuk. Diatasnya juga ada Kubah. Di Yunani, ada “Blue Palace” ; di Portugal, ada “Bucaco Palace” ; di Perancis, ada “Palace of Versailles”; di London, ada “Crystal Palace”; di Thailand, ada “King’s Palace”; di Pakistan, ada “Mohatta Palace”. Semua gedung-gedung tersebut ada Kubah di atasnya. Di Roma, Italia, ada Pantheon, bangunan besar dengan atap berbentuk kubah peninggalan kaisar Romawi. Sekarang Pantheon berfungsi sebagai gereja Santa Maria ad Martyres dan tiap minggu ada kebaktian Gereja Katolik disitu. Di Moskow ada Katedral St. Basil, dibangun tahun 1561, melingkar dan berhubungan dengan gedung berkubah besar.
Itulah Lung beberapa contoh yang kubaca, kata Bujang.
Iyolah, jawab Lung Dolah. Kau hebat Jang. Kau anak Melayu tulen, rajin membaca, menganalisa dan berkarya, Anak Melayu zaman klasik. Generasi Hamzah Fansuri, Raja Ali Haji dan sebagainya.
Lung, balik ke pangkal masalah, gedung berkubah di Rohil sebenarnya arahnya kemana ?.
Ooooooo itu. Jang, Dengar baik-baik. Maaf beribu maaf. Lung cuma menduga duga, bisa betul bisa salah. Bumi Rohil ini kan bumi Melayu. Melayu tu identik dengan Islam. Tentu kubah yang dimaksud adalah kubah Masjid.
Nak, lanjut Lung Dolah ….. Suatu hal yang harus kau fahami, kubah memang bukan berasal dan berakar dari arsitektur Islam. Hampir semua kebudayaan kuno mengenal dan memiliki kubah. Peradaban pertama yang mengenal dan menggunakan kubah pada bangunan gedungnya adalah peradaban bangsa Mesopotamia sejak 6000 tahun yang lalu. Abad ke-14 SM, di Mycenaean, Yunani, sudah ditemukan bangunan makam berbentuk kubah. Tholos tomb bahasa Inggrisnya.
Namun, ada juga yang menyatakan kubah muncul pada masa Imperium Romawi, (tahun100 M). Salah satu buktinya adalah gedung Pantheon. didirikan oleh Raja Hadria tahun 118 M – 128 M. Pada masa kekuasaan Bizantium, Kaisar Justinian juga membangun kubah kuno yang megah, gedung Aya Sophia, Sekarang jadi mesium di Konstantinopel.
Lalu kapan Islam mulai menggunakan kubah pada arsitektur masjid ? Secara historis dan arkeologis, kubah pertama dalam arsitektur Islam ditemukan di Kubah Batu atau Dome of Rock atau biasa juga dikenal sebagai Masjid Umar di Yerusalem, Palestina, dibangun sekitar tahun 685 M sampai 691 M.
Sejak itulah, para arsitek Islam terus mengembangkan bermacam-macam gaya kubah pada masjid yang dibangun. Abad ke-12 M, di Kairo kubah menjadi lambang arsitektur Mesir dalam struktur masyarakat Islam.
Kehadiran kubah pada bangunan masjid di Indonesia, kata orang, terbilang masih baru. Atap kubah hadir di Indonesia akhir abad ke-19 M. Itu berarti, Di Jawa, atap masjid berkubah muncul pada pertengahan abad 20 M.
Nak. Yang paling penting yang harus kau fahami. Jika di Kantor-kantor di Rohil ada kubah, Lung berharap, secara ma’rifat, kubah itu kubah Masjid. Jadi nuansa keagamaan ada disitu. Ketika di atas kantor ada Kubah, alangkah baiknya, ndak masuk kantor membaca “Basmalah”, Ketika sudah berada di dalam kantor sering-seringlah mengingat Allah, agar tak salah dalam melangkah, apalagi dalam membagi, menambah dan menjumlah.. Selesai bekerja, bacalah “Hamdalah” agar semua kegiatan dalam hidup ini bernilai ibadah. Dan Insya Allah, hidup kito barokah.
Di Masjid tempat kita membersihkan diri, di kantor tempat kita menahan diri. Hindarilah diri dari perbuatan sia-sia : menggunjing, memfitnah, mengadu domba dan sebagainya. Ingat, ada kontrak yang telah ditandatangani, janji dan sumpah jabatan yang telah diucapkan.
Di Masjid tempat kita berdzikir, di kantor tempat kita berfikir. Fikir yang dilandasi dzikir mampu melahirkan program dan karya besar. Dalam catatan sejarah Melayu. baca tu Tajus Salatin, Bustanus Salatin, Gurindam XII dan berbagai karya besar lainnya.
Bujang tersenyum. Lebar betul senyumnya. Itu kantor sugo dan kantor Malaikat. Lung.
Seharusnya begitulah Nak. Bukankah kita manusia lebih mulia dari Malaikat sehingga Allah memerintahkan para Malaikat bersujud kepada Adam As. Lalu, bukankah Surga di akhirat tu harus kita rintis dari hidup di dunia yang fana ini.
Jang, Lung sangat berharap Ongah Bupati dan Ongah Ketua DPRD segera mengeluarkan Perda yang mengatur tentang nama panggilan Kabupaten kito dan menegaskan bahwa Kubah sebagai ciri bangunan di Rohil adalah Kubah Masjid sehingga misi pembangunan Rohil yang telah dirumuskan : “Mewujudkan Masyarakat yang Berbudaya Melayu berlandaskan Iman dan Taqwa”. bisa terlaksana dan berjalan dengan baik.
Ada aturan dasar yang mengatur bangunan apa saja yang boleh berkubah. Jika tidak, Lung khawatir, suatu saat tuu Lokalisasi merehabilitasi bangunannya lalu dibuatlah Kubah di atasnya. Ooooo Tuhan, kan bocondo dan memalukan itu Nak. Diatasnya ada Kubah di dalamnya kojonya Na’zubillah.
Iyolah Lung. Mudah-mudahan Ongah Bupati dan Ongah Ketua DPRD mendengar dengan seksama celoteh kito ko.. Amien. ***
- Asmara Hadi Usman adalah mantan wartawan ibukota, penulis, penerjemah buku, pemerhati masalah sossial kemsyarakat dan agama.