Supir Truk: Pemda Lingga Diminta Respon Atas Langkahnya BBM Solar

LINGGA – Antrian puluhan mobil truk di depan kantor serikat pekerja bukan untuk melakukan demonstrasi, melainkan para sopir truk menyampaikan keluhan sulitnya mendapatkan BBM.

Kepala Bidang SPSI Niba, Adi Surhanyana membidangi Bidang Penyelesaian Hubungan Industrial (PHI), ketika berada di lokasi ia menerima keluhan yang disampaikan para sopir truk tersebut.

Salah satu keluhan supir mengungkapkan, Kelangkaan bahan bakar minyak (BBM) jenis solar begitu dirasakan supir truk sejak sebulan terakhir. Karena disebabkan kehabisan bahan bakar di SPBU Dabo.

“Saya bisa bertahan dengan kondisi sekarang ini demi keluarga. Meskipun kelangkaan BBM jenis Solar terjadi, kami terpaksa harus bekerja demi kebutuhan keluarga,” kata Syafarudin salah satu supir truk.

Entah apa penyebabnya hingga langkah mendapatkan Solar, yang biasanya mudah kami dapatkan di kios-kios terdekat, sekarang kios tidak lagi menjualnya. Karena aturan dan kebijakan membuat kesengsaraan kami.

“Sudah lima hari kami mencari kemana-kemana, namun tidak mendapatkan. Kemana lagi kami harus mencari,” ujarnya Jumat (16/9).

Baru beberapa hari kami membeli solar di SPBU kompak, hari ini sudah habis, sementara dapat jatahnya dibatasi, hanya 30 sampai 40 liter saja, sementara kebutuhan angkutan truk kami banyak, dalam sehari bisa lebih dari 30 sampai 40 liter.

“Terasa berat sudah beban kami dengan langkanya BBM ini. Harga naik tidak masalah asal tidak langka,” kata Syafarudin.

Hal yang sama juga dirasakan supir truk lainnya, kalau angkutan jarak jauh terkadang kami pikir-pikir. Karena disamping BBM langka kami juga kuatir akan kehabisan bahan bakar di perjalanan.

Untuk sementara dengan langkahnya BBM seperti ini, truk kami hanya melewati seputaran wilayah Singkep dan sekitarnya saja.

“Harapan kami (Supir,red) kepada Pemerintah Daerah Lingga dapat memperhatikan kami rakyat kecil. Carikan kami solusi yang cepat agar BBM jenis Solar tidak langkah. Jangan diam saja, dampak BBM naik dan langkah akan mempengaruhi ekonomi Lingga,” ketus para sopir.

“Hari-hari kerja kami hanya supir lori angkut pasir, apa lagi yang ingin kami kerjakan. Kami hanya meminta BBM tidak langkah demi penghidupan istri dan anak-anak kami,” tuturnya**

 

Laporan by: Afs
Editor by: Red