Teringat sepenggal cerita dari sang tokoh pers senior, Drs. Wahyudi EL Panggabean, saat itu dirinya di-era 90 an pernah mendapat tugas liputan ke Bagan Siapi-api, dari majalah besutan Karni Ilyas yakitu Majalah Forum Keadilan. Bioskop Ria menjadi titik fokus liputannya saat itu.
“Judi sangat marak kala itu di Bagan siapi-api, Bioskop Ria menjadi titik pusat lantaran dibelakang bioskop tersebut sarangnya berbagai perjudian. Saat ini, sudah jadi Taman Kota,” kata Wahyudi, kepada awak media baru-baru ini.
Disisi lain, seorang apik-apik paruh baya keturunan Tionghoa saat berbincang hangat kepada awak media ini, dirinya sangat risau belakangan ini melihat maraknya jenis judi dikota Bagan Siapi-api.
Bukan tanpa alasan, dirinya baru-baru ini kecewa lantaran sang anak menghabiskan uang hasil jeripayahnya bekerja dirantau selama satu tahun, habis dimeja judi dalam sekejap mata.
“Itu kejadian sangat pilu bagi kita orang tidak mampu ini. Anak yang diharapkan bisa bahagiakan kita sebagai orang tua yang tidak berdaya ini, malah dihari Imlek kemarin, dia tidur-tiduran dan besok harinya dia kembali pergi merantau untuk bekerja, karena duit sudah habis dibuat main judi,” ujar apik, yang matanya tampak linangan air mata.
“Bagi kita orang Tionghoa, memang judi itu sudah tradisi. Seperti diacara orang meninggal, dari dahulu sudah turun temurun dan menjadi tradisi bagi kita. Tapi tidak seperti perjudian yang ada saat ini, ada setiap hari,” tutupnya.