PEKANBARU – Keseriusan Polda Riau dalam penanganan masalah Kebakaran Hutan dan Laan (Karhutla) di Provinsi Riau terus ditingkatkan, selain telah meluncurkan aplikasi dashboard Lancang Kuning, Polda Riau juga melakukan beberapa strategi lain untuk menjadikan Riau Bebas Asap segera terlaksana.
Kali ini dengan mengundang pihak kampus UNRI yang diwakili oleh Direktur Pusat Studi Bencana UNRI, Rektor UIN Suska, serta diikuti sekitar 25 orang pakar bidang masing-masing, yaitu dari BMKG, BPS, Karo AAKK UIN Suska Riau, Kepala PTIPD, Pejabat Utama Polda Riau beserta beberapa stakeholder terkait Karhutla yang selalu concern dengan Karhutla Riau, yanh dilaksanakan di ruang Tribrata Polda Riau, Jum’at (14/02/20).
Menurut Kapolda Riau Irjen Pol Agung Setya Imam Efendi mengatakan, pihaknya juga telah menggagas acara bertajuk SJR (Sumatera Jungle Run), yang akan dilaksanakan pada tanggal 11 April 2020 mendatang. Sebuah Event yang merupakan lomba lari dengan mengambil rute wilayah Hutan di Riau.
“Dengan event ini kita bisa melihat hasil dari upaya kita dalam penanganan karlahut pada musim kemarau pertama, karena event Sumatera Jungle Run tidak bisa dilaksanakan apabila banyak terjadi karhutla”. Ujar Kapolda.
Dikatakannya juga bahwa Aplikasi Lancang Kuning yang ada saat ini bukan hanya untuk Polda Riau, namun untuk masyarakat Riau, tempat menampung saran, ide dan tindakan., serta kolaborasi dengan semua pihak, menjadi hal yang penting. Dia juga berharap semoga semua stakeholder termasuk masyarakat Riau menemukan formula yang tepat untuk membuat pekerjaan cegah Karhutla ini bisa selesai dengan baik.
“Diskusi ini adalah kolaborasi pertama kita, dan kita harapkan kedepan bisa kita lanjutkan dengan formulasi yang sudah kita diskusikan hari ini. Kami mempersilahkan relawan dan pusat studi bencana untuk menggunakan aplikasi ini dalam studinya di Universitas” ujar Agung lagi.
Dalam diskusi itu perwakilan BMKG, Marzuki mebgatakan bahwa kondisi cuaca di Provinsi Riau menemukan RH dalam angka 97 kebawah, hal itu menunjukan indikasi rawan karhutla, dikarenaka itu juga kemudian BMKG telah membuat peta rawan kebakaran hutan dan lahan.
”Pada tahun ini kami memprediksi musim kemarau masih dalam kapasitas normal. Puncak musim kemarau di Riau terjadi di bulan juli dan Agustus, bulan september masuk ke musim peralihan, curah hujan yang tinggi di Provinsi Riau terjadi di wilayah bagian barat seperti di Rohul dan Kampar”. Kata Marzuki yang mewakili BMKG
Selain itu dia juga mengatakan, bahwa BMKG sangat tertarik dengan aplikasi dashboard lancang kuning karena cukup update dan banyak informasi tersedia tentang karhutla.
Ungkapan yang sama juga disampaikan Sinta Haryati Silvana dari Pusat Studi Bencana UNRI, dia mengatakan pihaknya sangat mengapresiasi aplikasi dashboard lancang kuning, hal itu mengingat sistemnya yang sangat bagus dalam penanganan emergency.
“Saya juga berharap agar aplikasi dasboard Lancang Kuning dapat di kolaborasi dengan prediksi yang sudah disampaikan oleh para peneliti. Sehingga aplikasi ini menjadi lebih kaya dengan data dan dapat memprediksi dengan lebih akurat” ujar Sinta.**(Red)