“Sebuah statemen pernah diucap seorang pejabat publik di Negeri Berjuluk Seribu Kubah, Juli, 2016. “Boleh dong, kita ikut mencicipi makanan dalam sebuah “HELAT/KENDURI/PESTA”.
Jawabannya tentu, “Ya, boleh saja” Tapi apakah dibenarkan tuan rumah memakan hidangan yang enak-enak dan bergizi, sementara tamu hanya boleh mencicipi makanan khusus dengan tanda bahasa isyarat sebab banyak hidangan di atas meja telah ada yang memesan terlebih dahulu. Lho, kok bisa ?”
GoPesisir.com – Jika ada yang bertanya ada apa dengan judul di atas dan layakkah disebut sebuah berita, jawabannya tentulah panjang dan berliku, sama dengan panjang dan berlikunya mengapa sebuah statemen harus keluar atau terucap ketika E-LELANG dimulai, Juli, 2016 yang lalu.
Semua mafhum (paham) adanya HELAT/KENDURI/PESTA sungguh sangat jauh berbeda dengan E-LELANG, sama berbedanya LANGIT dengan BUMI, AIR dengan API, DINGIN dengan PANAS, BESAR dengan KECIL, TUA dengan MUDA, PEJABAT dengan RAKYAT.
Untuk mendapat gambaran yang jelas GoPes.com mencoba bertanya tentang statemen tersebut kepada tamu yang hadir dalam sebuah pesta kecil minggu terakhir April 2017. Tidak banyak yang hadir dalam HELAT/PESTA/KENDURI yang sangat terbatas tersebut. Hidangan hanya disajikan 10 Paket dan nampaknya tamu banyak yang tidak berselera karena hidangan diduga telah ada yang memesan.
Bu Inah, dengan suara parau berujar. “Semua bisa kaget bahwa menurut DEFENISI, “BERHELAT/PESTA/KENDURI” adalah sebuah mekanisme sosial untuk merawat keutuhan, memulihkan keretakan, meneguhkan kembali cita-cita bersama, melakukan kontrol sosial atas penyimpangan dari cita-cita bersama. Pesta/Kenduri adalah juga institusi sosial menampung dan merepresentasikan banyak kepentingan.” (WIKIPEDIA ENSIKLOPEDIA).
DEFENISI lain menyebutkan HELAT/PESTA/KENDURI adalah : 1. He·lat a (asing); lain; bukan keluarga: di kota-kota besar banyak orang –; baik sanak keluarga maupun orang – banyak yang hadir pada resepsi pernikahan nya ; 2. He·lat an: 1, orang yang datang menghadiri suatu pesta perkawinan disebut; tamu: pesta seperti biasanya disertai dengan menyembelih sapi dan memberi makan seluruh; 2, pesta perkawinan disebut: banyak tamu yang datang untuk meramaikan – putri tunggalnya itu;
3. Per·he·lat·an: 1, pesta atau kenduri selamatan; 2, pesta perkawinan : mereka selalu bergotong-royong dalam segala hal, juga waktu ada-perkawinan; 4. He·lat/hélat/an: 1, tipu muslihat; tipu daya; 2, akal; 3, dalih/alasan; 5. Ber·he·lat: 1, menggunakan tipu muslihat; 2, berdalih ; meng·he·lat/menipu; memperdayakan”. (KAMUS BESAR BAHASA INDONESIA), sambung Bu Lela, wanita setegah baya dengan has senyum lesung pipitnya.
Baca juga : DEFISIT DAN KRISIS – MENGAPA ADA DUSTA DIANTARA KITA ?”
Sementara E-LELANG menurut defenisi : “Me tode pemilihan penyedia barang pekerjaan konstruksi/jasa lainnya secara elektronik untuk semua pekerjaan yang dapat diikuti oleh semua Penyedia barang/pekerjaan konstruksi/jasa lainnya yang memenuhi syarat” (Peraturan Kepala Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/jasa Pemerintah No 1 Tahun 2015 tentang “E-Tendering”, Pasal 1, ayat 1), potong Wak Burhan, yang biasa dipanggil Wak Ibeh.
GoPesi.com tertunduk mendengar semua komentar yang ada. Tak menyangka mereka juga mengetahui dan memahami banyak hal tentang HELAT/PESTA/KENDURI dan E-LELANG. GoPes.com menghampiri pria muda bernama Henry. Pria ini sedikit perlente, memakai kacamata riben/hitam, celana Jeans dan baju kaos HUGO.
Bang, ujarnya. “Sebuah statemen lahir dari sebuah kerangka berfikir. Yang sangat menyedihkan adalah jika kerangka berfikir yang sama dianut dan ditiru oleh mayoritas ahli bait (tuan rumah) HELAT/PESTA/KENDURI dan dijabarkan oleh semua unsur yang terlibat didalamnya mulai dari Tim Catering, Penyambut Tamu, Pengangkat Hidangan sampai ke Pencuci Piring. Henry mengucapkan kalimat tersebut tanpa ekspresi, cuek, gaya anak muda zaman kini.
Mendengar ucapan Henry, Lung Bisar berucap : “Akhirnya semua hidangan tidak lagi bisa dicicipi oleh para tamu, habis ditelan oleh tuan rumah berserta lingkaran dalam (inner circle) Jika masih ada yang tersisa, tidak lebih dari tulang belulang”.
Wa Udin, yang dari tadi memperhatikan, segera memotong : “Itulah yang terjadi setiap kali PERHELATAN/PESTA/KENDURI diadakan. Banyak tamu yang kelaparan ditengah-tengah hidangan yang berjejer. Pepatah Melayunya, “Tamu Kelaparan Ditengah-tengah Hidangan”
Karena tidak puas mendengar jawaban tamu-tamu di atas, GoPes.com menghampiri seorang tamu paruh baya, seorang yang kelihatan arif. Pak Sani namanya.
GoPes.com bertanya pandangan beliau tentang HELAT/PESTA/KENDURI yang diadakan setiap tahun.
Jawaban Pak Sani membuat GoPes.com terhenyak. Ananda lupa ya? ujarnya pelan. “HELAT/PESTA/KENDURI” juga bermakna “1. dalih; alasan ; menggunakan tipu muslihat ; 2 berdalih ; menipu ; memperdayakan”. Itulah makna HELAT/PESTA/KENDURI yang dilaksanakan tanpa kendali, tanpa UU tanpa PP dan tanpa Aturan. Jika demikian, Ananda masih mau ikut? imbuhnya.
“Iyalah” jawab GoPes.com.
Pak Sani melanjutkan, jika mau konsisten dengan makna HELAT/KENDURI/PESTA, kembalilah ke defenisi awal, yakni “sebuah mekanisme sosial untuk merawat keutuhan, memulihkan keretakan, meneguhkan kembali cita-cita bersama, melakukan kontrol sosial atas penyimpangan dari cita-cita bersama. Pesta/Kenduri adalah juga institusi sosial menampung dan merepresentasikan banyak kepentingan.”
Menurut defenisi ini HELAT/KENDURI/PESTA hanya bisa dilaksanakan secara benar jika UU, PP dan Peraturan terkait lainnya dijadikan landasan berpijak, bukan logika berfikir orang perorangan. Apalagi logika berfikir tersebut salah dan menyesatkan. HELAT/KENDURI/PESTA tanpa koridor akan melahirkan “Super Man And Super Contractor“ (Manusia Super dan Kontraktor Super). You understand ? imbuhnya dengan sedikit menghardik.
GoPes.com tidak berani berkomentar. Dengan senyum kecut akhirnya keluar dari ruang keramaian dan bergumam. HELAT/PESTA/KENDURI/E-LELANG. Iya, yaaaa.***(tim-Gopes)