Riau Memilih 2018 : Memilih Pemimpin yang bermoral, ikhlas, merakyat, negarawan dan Takut kepada Allah SWT

GoPesisir.com (RIAU) – Pemimpin sesungguhnya tidak ditentukan oleh pangkat maupun jabatan. Kepemimpinan adalah sesuatu yang muncul dari dalam diri dan merupakan buah dari karakter dan keputusan seseorang untuk menjadi yang terdepan, baik pada diri sendiri, keluarga, lingkungan kerja maupun lingkungan sosial.

Pesta Demokrasi Serentak akan dimulai lagi tahun 2018 ini, beberapa daerah di Indonesia akan memilih pemimpin, baik pemilihan Gubernur, Bupati atau walikota. Muncul pertanyaan yang sangat monohok, apakah masyarakat akan bingung memilih pemimpin, atau masih semangatkah masyarakat menunaikan hak pilihnya, Golputkah mereka??..

Gopesisir.com mencoba mewakili masyarakat khususnya masyarakat di Propinsi Riau untuk memberikan inspirasi opini demi Riau yang gemilang, terbilang menuju yang lebih baik dimasa-masa mendatang.

Pemimpin adalah seseorang yang mempunyai kelebihan dan kemampuan melebihi orang-orang disekitarnya dalam melakukan suatu aktifitas maupun kegiatan-kegiatan tertentu, kita khususnya masyarakt muslim pasti akan mengenal 4 sifat berikut : Shiddiq, Amanah, Fathonah dan Tabliqh, itu adalah 4 sifat yang dimiliki oleh Nabi Muhammad SAW, kita tidak meminta Pemimpin masa depan Riau kedepan untuk memiliki sifat dan karakter Rosulullah SAW, suatu hal yang mustahil, tapi Riau harus memiliki Pemimpin yang berkualitas yang mencontoh karakter Kepemimpinan Rosulullah SAW, siapakah dia??, hanya masyarakat Riau lah yang bisa menjawab dan menentukan hal tersebut.

Kualitas adalah sesuatu yang tidak dapat dilihat maupun dihitung dengan ilmu matematika, tapi dapat dirasakan, Pemimpin harus memiliki kualitas, kualitas dari cara memimpin dan kualitas dari cara berfikir, oleh karena itu, untuk menjadi seorang pemimpin bukan hanya seorang yang memiliki gelar dari universitas ternama, namun seorang pemimpin harus memiliki pola fikir melebihi siapapun, bisa dengan mudah memberikan solusi dari setiap masalah, mendedikasikan diri untuk daerah yang dipimpin, bukan sekadar mencari keuntungan pribadi dan golongan, dan yang terpenting tahu apa yang diinginkan oleh masyarakatnya dan tahu bagaimana menghargai masyarakat yang ia pimpin. Kualitas Pemimpin tidak bisa diukur dari citra yang dia buat, namun citra seorang pemimpin akan muncul seiring dengan pola kepemimpinan itu sendiri didalam keberagaman.

Pemimpin bermoral, apakah moral akan berjalan tanpa ilmu?, seorang pemimpin adalah panutan bagi setiap orang yang dipimpinnya, maka dari itu, seorang pemimpin harus bertindak positif, berbudi luhur, beretika, itu semua disebut dengan kualitas diri dari pemimpin itu sendiri, yang dikenal dengan sebutan Moral. Pemimpin yang bermoral erat kaitannya dengan kualitas spritual, jika didalam dirinya menanamkan sifat ketuhanan dan berpegang teguh pada ajaran agama, enggan melakukan praktik tidak terpuji yang bisa merugikan masyarakat banyak. Sudah menjadi rahasia umum, politik itu bermakna negatif, Pemimpin riau kedepan, harus bisa menghilangkan image politik itu kotor, politik itu buruk, politik itu uang, politik itu korupsi, namun sebenarnya politik adalah acara untuk memperoleh kekuasaan yang sah dan mempertahankannya dengan niat untuk mensejahterakan masyarakatnya, mamajukan pembangunannya dan daerahnya, mewujudkan harapan serta keinginan masyarakatnya yang belum terwujud, tentunya dengan cara-cara yang positif pula.

Ikhlas, sebaik-baiknya pemimpin adalah jika dia ikhlas dan tidak mementingkan diri sendiri. Pemimpin hebat pasti tidak akan egois (selfless), tidak mengarahkan tindak tanduknya dan memaksakan proses kekuasaanya untuk kepentingan pribadi maupun partainya. Pada prinsipnya misi seorang pemimpin bukan mengharapkan pujian yang berlimpah untuk dirinya, memperoleh promosi pribadi, mengumpulkan kekayaan pribadi dan segala hal berbau pribadi, namun bekerja tanpa pamrih, menjadi pemimpin adalah sebuah amanah yang harus dipikul, jangan menjadikan hal itu sebagai beban, tapi jadikan tanggung jawab itu sebagai pengabdian dan ibadah dalam usaha untuk mensejahterakan masyarakat yang kita pimpin.

Kepemimpinan yang sarat akan aroma pribadi dan pamrih, lebih cendrung membawa dampak destruktif, dengan kata lain akan muncul kelompok-kelompok penentang, akan muncul ketidakpercayaan dari masyarakat, dan hal itu akan menimbulkan suasana politik yang kontrak produktif dalam sebuah organisasi. Kalau ini terjadi, maka inilah saatnya kepemimpinan itu sudah berada dipintu kehancuran.

Pada prinsipnya, keikhlasan yang dimiliki oleh seorang pemimpin adalah melayani orang-orang yang dipimpinnya dan menjadikan mereka menjadi lebih baik. Mahadma Gandhi, Nelson Mandela, Abraham Lincoln, adalah salah satu contoh tokoh-tokoh pemimpin dunia di era abad 20-an, pemimpin yang benar-benar menjadikan kekuasaan sebagai pengabdian, kekuasaan adalah jalan untuk menyelamatkan dan mengangkat derajat manusia. Kesuksesan seorang pemimpin akan ditentukan oleh kemampuannya dalam menarik followers dan mendapat kepercayaan dari mereka, dan untuk mendapatkan kepercayaan tersebut, seorang pemimpin harus bisa memberikan dampak dan perubahan bagi para followers tersebut, kehidupan yang lebih baik, perekonomian yang lebih baik, lingkungan yang lebih baik, kemampuan dan keterampilan yang meningkat, atau mungkin menjadi jiwa yang lebih baik, itu semua hanya akan diperoleh jika pemimpin itu memiliki sifat ketulusan dan keikhlasan dalam memimpin untuk kepentingan masyarakatnya, Pemimpin yang memiliki rasa malu jika tidak bisa menjadikan rakyatnya sejahtera, memiliki tanggung jawab untuk memberikan kesejahteraan, rasa aman dan pembangunan yang tepat sasaran, menjadikan daerahnya lebih berkompetitif dan berdaya saing dengan daerah lain, untuk itu Riau kedepan membutuhkan pemimpin yang penuh keikhlasan, kebesaran hati, kerelaan berkorban, dan yang terpenting pemimpin yang cinta kepada rakyatnya.

Salah satu ciri yang menonjol dari seorang pemimpin yang kharismatik dan populer adalah menjadi pemimpin yang merakyat, pemimpin yang adil dan sederhana. Biasanya, jika sudah memiliki sedikit kelebihan, entah itu jabatan atau apapun, hal yang sangat menonjol adalah merasa pongah dan susah ditemui. Menjadi pemimpin yang merakyat tidak akan membuat kita menjadi orang yang direndahkan, diremehkan, justru itu akan menjadikan kita sebagai pemimpin yang akan sangat dikagumi oleh kawan maupun lawan. Sikap merakyat atau dekat dengan rakyat identik dengan sifat rendah hati, bak kata pepatah melayu duduk sama rendah, tegak sama tinggi.

Berbicara tentang rendah hati, identik dengan orang yang sabar, tidak marah saat dikritik, dihina, dicaci dan menerima dengan lapang dada, karena pada prinsipnya selalu akan ada kebenaran meskipun didalam tumpukan yang kotor. Riau butuh pemimpin yang faham akan keadaan masyarakatnya, program-program yang ditawarkan kepada para pemilihnya sangat berorientasi dengan kepentingan rakyat.

Dalam 2 tahun terakhir, sudah belasan kepala daerah yang diciduk oleh KPK, sejumlah kalangan berpendapat, penangkapan oleh Badan anti rasuah tersebut terhadap para kepala daerah itu membuktikan betapa susahnya mencari Pemimpin yang benar-benar memimpin, pemimpin yang memiliki jiwa negarawan, pemimpin yang bersih, ikhlas, bermoral dan punya integritas dan kapabilitas yang tinggi. Kategori itu wajar disematkan kepada para calon pemimpin, mengingat banyaknya para kepala daerah yang berurusan dengan KPK karena penyalahgunaan wewenang.

Masyarakat Riau akan sepakat dengan pernyataan pilihlah pemimpin yang track recordnya bagus, jangan memiilih pemimpin karena uang, Propinsi Riau membutuhkan pemimpin yang selalu membawa kenyamanan dan kesejukan kepada masyarakatnya, Riau butuh pemimpin negarawan yang segala prilaku, sikap dan tindak tanduknya hanya demi masyarakat riau, pemimpin yang selalu mendengar keluhan dan kebutuhan rakyatnya. Propinsi Riau butuh seorang pemimpin yang negarawan, pemimpin yang memiliki Kapabilitas, kapasitas, realistis, inovatif, mengayomi, berani melawan arus, bertekad akan membawa perubahan dan pembaruan.

Oleh karena itu, masyarakat Riau harus bisa mencari pemimpin yang mampu menganalogikan dirinya adalah rakyat, rakyat adalah aku, sehingga akan muncullah pemimpin yang tepat sasaran, melaksanakan semua janji-janji politiknya, dan benar-benar mampun merubah wajah Riau.

Tidak semua pemilih cerdas menggunakan hak pilihnya dengan mengedepankan logika dan analisa rekam jejak, masih banyak pemilih yang hanya mengandalkan apa kata tetangga, apa kata tuan guru, apa kata imam mesjid, untuk itu pelajari rekam jejak masing-masing calon yang bertarung pada pilkada 2018 ini nantinya, Riau butuh pemimpin yang akan selalu memegang teguh janji-janji politiknya, Riau tidak butuh pemimpin yang hanya menabur-nabur janji dan meniup angin surga tanpa ada reaksi dan aksi nyata.

Pada 26 juni nanti, 4 pasang calon pemimpin masa depan Propinsi Riau, mari kita satukan tekad untuk menjadikan Riau yang cemerlang, terbilang dan gemilang. Masyarakat Propinsi Riau butuh pemimpin yang faham akan keadaan serta kebutuhan rakyatnya, pemimpin yang arif, programnya berorientasi pada kemaslahatan dan kepentingan masyarakat, memiliki reputasi, pekerja keras, terbuka pada kritikan, merakyat, memiliki prinsip rakyat adalah aku, dan aku adalah rakyat, bekerja sebagai bentuk pengabdian, sehingga menjadikannya sebagai ladang amal, tak rakus akan kekuasaan, kapability dan akuntabel, mau jadi pemimpin yang memiliki pribadi dan tingkat sosial yang tinggi, sholeh, dekat dengan mesjid, peduli pada agama, dan yang paling penting tidak KKN.

Penulis : Junaidi

(GP3)